Tuesday, December 8, 2009

Cinta dan Keinginan Memiliki

”Sekarang saya baru sedar, ternyata 'cinta' dan 'keinginan untuk memiliki' adalah dua hal yang berbeda." (dikutip dari Film AAC)


Keinginan Memiliki


Dua hal ini sering sekali kita jumpai dalam kehidupan kita. Bahkan menjadi bagian dalam diri kita terlepas disadari atau tidak. Kita sudah menjadi bagian dengan kata-kata di atas. Sekarang coba kita cermati makna dua kata antara ”memiliki dan Cinta”. Ketika seseorang mencintai sesuatu, tentunya ada rasa ingin memiliki sesuatu itu. Entah itu dengan cara paksa ataupun tidak. Kita akan menempuh cara apapun untuk mendapatkan sesuatu itu. Kita rela berkorban asal sesuatu itu kita peroleh. Kemudian hal yang lebih mengenaskan lagi kita mau melakukan hal-hal diluar logika, seperti hal nya meminta ke paranormal atau dukun. Kita mau mengeluarkan berapapun kocek kita untuk sesuatu yang kita inginkan. Rasa memiliki yang sangat tinggi itulah yang membuat kita terkadang berfikir diluar logika. Tidak perduli orang tertindas atau tidak. Orang sakit atau tidak. Tersinggung atau tidak. Kita tetap saja maju untuk meraih sesuatu yang ingin kita miliki itu.


Peristiwa seperti ini bukan saja terjadi untuk mencari pasangan hidup akan tetapi untuk meraih jabatan, kekayaan atau kemenangan dan lain sebagainya. Contoh kecilnya adalah keinginan memiliki seseorang yang kita sukai. Padahal belum tentu baik buat kita menurut Allah. Tapi karena nafsu yang lebih banyak berperan di sana, maka kita mau melakukan apa saja untuk mendapatkan seseorang tersebut. Baik lelaki atau perempuan sama –sama memiliki sifat ini. Ketika si gadis menyukai seorang pria yang dicintainya, saking cintanya yang berlebihan, Si gadis mau berbuat apapun untuk mendapatkan panjatan hatinya. Bahkan merusak harga dirinya sendiri demi mendapatkan si lelaki pujaannya. Dia tidak segan-segan mengancam kalau ditolak oleh si lelaki, dan sifat yang lebih krusialnya dia mau membunuh siapapun yang menghalangi hubungannya dengan panjatan hatinya itu. Dia tidak perduli akan perasaan yang di rasa oleh si lelaki yang ingin direbut hatinya. Dia lebih peduli bahwa dia bisa memiliki lelaki itu. Makanya kita pernah mendengar kata-kata seperti ini;


”kau bisa memiliki diriku akan tetapi tidak dengan hatiku”


Meskipun batinnya sakit ketika memiliki seseorang yang dia miliki tidak memberikan hati dan cintanya, terkadang hatinya sudah dibutakan oleh nafsu, dia tidak memperdulikan hal itu lagi. Terpenting dalam hidupnya adalah mendapatkan dan memiliki pujaan hatinya dengan cara apapun. Begitu pula sebaliknya dengan lelaki yang ingin memiliki gadis pujaan hati yang dicintainya. Ia mau membelikan apapun untuk perempuan yang dicintainya. Ketika mengalami penolakan, ia terus mengejar dengan melakukan cara apapun untuk memiliki si perempuan tersebut. Bertepuk sebelah tangan memang, tapi ia akan terus menerus melakukan apapun untuk merebut hati orang yang dincintainya. Bersikap mengancam dan melakukan teror agar perempuan mau menerima cintanya. Terkadang jalan pintas pun dilakukan untuk menundukkan hati perempuan yang dicintainya.


Hal ini tidak saja dalam hal percintaan atau berbicara masalah pasangan hidup, akan tetapi hukum ini juga berlaku pada persaingan pekerjaan. Sikut menyikut akan terjadi demi sebuah jabatan yang diperebutkan, cara-cara yang tidak terpujipun bisa terjadi disini demi memiliki jabatan yang kita inginkan. Kita bisa lihat persaingan yang baru-baru ini marak di negeri ini yakni pemilihan kepala daerah. Demi sebuah kursi kekuasaan, orang-orang mau melakukan apapun untuk memiliki sebuah kemenangan. Kemenangan yang diperoleh dengan cara menekan, menjelekkan satu sama lainnya, bahkan ada juga yang menfitnah.


Saya teringat dengan sms seorang teman yang mengatakan bahwa:


”Tuhan tidak akan mengabulkan apa yang kita inginkan,akan tetapi Tuhan akan mengabulkan apa yang kita butuhkan”.


Kalimat yang sangat menginspirasi menurut saya. Selama ini kita memang memiliki banyak keinginan, akan tetapi kita tidak pernah tahu bahwa segala hal terjadi itupun sesuai dengan kebutuhan kita. Allah maha tahu apa yang menjadi kebutuhan kita. Kalau kita kembalikan lagi dengan kata ”keinginan untuk memiliki” unsur nafsulah yang bersarang disini. Semua berorientasi pada duniawi. Sikap ambisius sangat terlihat pada kata-kata ini. Tidak ada ketawaduan, tidak ada kerendahan hati,sikap angkuh dan sombongpun muncul karena merasa dirilah yang mampu meraih sesuatu, tidak ada sikap menghargai, tidak ada sikap mendahulukan, yang ada hanyalah kepuasan individualis seseorang tanpa memikirkan kondisi orang lain. Orang –orang seperti ini tidak mengakui adanya campur tangan Tuhan terhadap segala sesuatu.



Cinta Sesungguhnya


Berbeda dengan cinta. Kenapa saya menambahkan cinta yang sesungguhnya, karena cinta itu lebih berpegang kepada Sang pemilik-NYA dalam melakukan apapun. Kita tidak akan egois, berfikir seribu kali untuk menyisakan sembilu di relung hati orang lain. Kita akan menghargai orang lain. Kita akan bahagia, jika sesorang yang dicintai bahagia. Kita tidak rela melihat orang yang dicintai menderita. Kita tidak mau merusak kebahagian orang lain. Itulah cinta yang bertumpu pada kodratnya. Cinta yang masih berpijak pada Sang Pemilik Cinta Sejati. Cinta yang tidak bersikap individualis. Tapi, cinta yang selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusian.


Ketika kita memakainya di dunia kerja, kita akan bersaing dengan sehat, mengedepankan persahabatan, menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tidak terpuji seperti halnya pergi keparanormal atau dukun untuk memperoleh sebuat jabatan, kekayaan atau pun pasangan hidup.Sikap yang lebih dikedepankan adalah mengasah kualitas diri untuk sesuau yang ingin diraih sambil berdo’a dan terus berusaha. Lalu dengan cinta kita tidak akan mau menyakiti orang yang kita cintai. Memaksakan diri untuk diterima, hal ini tentunya tidak kita lakukan. Kita lebih mengutamakan kebahagian orang yang kita cintai dari pada kebahagiaan kita sendiri.


Meskipun kita tidak memiliknya, paling tidak kita akan merasa senang dan bahagia melihatnya dengan orang yang di cintainya. Sementara itu, ketika kita melihat teman kita yang naik jabatan atau memiliki kekayaan lebih, kita akan ikut berbahagia dengan hal itu sambil berdoa semoga kekayaan dan jabatan yang dimiliki oleh teman kita menjadi safaat buat yang lainnya. Bukan berarti menjadikan kita iri dan ingin mendapatkan apa yang didapatkan oleh teman kita, bahkan berniat lebih dari itu.


Kemudian kita juga tidak terlepas dari takdir hidup masing-masing. Hidup yang telah ditentukan oleh_NYA. Kita tidak akan mampu melanggar ketentuannya setelah kita berusaha berbuat yang terbaik. Kita akan bergantung kepada Maha Pemilik keputusan itu sendiri, karena hanya dialah yang tahu apa yang kita butuhkan. Wallahu alam bisowab

Post a Comment

  © Blogger template AutumnFall by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP